Sumber Foto : www.detik.com
Tahun Baru Hijriyah ini menutu agama islam, dengan TahunBaru Hijriyah bagi Masyarakat Jawa itu sendiri sangat dikenalsebagai Malam Satu Suro yang dimana Malam Satu Suro inidikenal sangat sacral. Pada Malam Satu Suro ini, Masyarakat Jawa melakukan berbagai macam kegiatan ritual khusus yang tergantung di suatu daerah masing-masing. Dengan contohKirab Malam Satu Suro Keraton Surakarta. Dengan adanyaKirab Malam Satu Suro ini merupakan budaya yang sangat dilestarikan oleh Warga Solo Dengan warga Keraton Surakarta. Budaya Kirab Malan Satu suro ini dilaksanakan oleh wargaKeraton Surakarta dan warga Solo di laksanakan pada malamsebelum tanggal 1 Muharam. Dengan ritual ini di laksankanratusan tahun selalu dilaksanakan secara turun-temurun.
Kirab Malam Satu Suro di Keraton Solo merupakan tradisi yang diwarisi dari zaman Raja Paku Buwono II yang memerintahpada abad ke-18. Pada malam tersebut, raja beserta keluargakeraton dan abdi dalem (abdi keraton) mengenakan pakaian adatdan mengarak pusaka-pusaka keraton yang memiliki nilaihistoris dan spiritual yang tinggi.
Prosesi kirab dimulai dari keraton dan melewati beberapa jalandi sekitar kompleks Keraton Solo. Pada saat kirab, pusaka-pusaka keraton seperti keris, pedang, dan perlengkapan kerajaanlainnya diarak dengan diangkut oleh petugas keraton yang mengenakan pakaian adat. Setiap pusaka memiliki makna dan cerita tersendiri yang terkait dengan sejarah Kerajaan Solo.
Selama prosesi kirab, masyarakat berbondong-bondongmenyaksikan acara tersebut. Mereka menghormati dan memberikan penghormatan kepada pusaka keraton denganmelemparkan bunga, air bunga, atau memberikan salam kepadapusaka yang diarak. Masyarakat juga berharap agar mendapatkan berkah dan perlindungan dari pusaka keraton.
Salah satu elemen yang paling mencolok dalam kirab Malam Satu Suro di Keraton Solo adalah kebo bule. Kebo bule adalahseekor kerbau putih yang diyakini memiliki kekuatan mistis dan menjadi simbol kerajaan. Kebo bule mengawal pusaka-pusakakeraton selama prosesi kirab berlangsung. Kebo bule dihiasidengan hiasan khas Jawa seperti kain batik, kembang goyang, dan pernak-pernik keraton lainnya.
Tradisi kirab Malam Satu Suro di Keraton Solo memiliki maknayang dalam dalam budaya Jawa. Selain sebagai upaya untukmempertahankan dan melestarikan warisan budaya nenekmoyang, kirab juga merupakan bentuk penghormatan kepadaleluhur dan sarana untuk memohon berkah dan perlindungan. Melalui kirab ini, masyarakat dapat merasakan keindahan dan keagungan budaya Jawa serta menghormati sejarah dan identitaslokal yang dimiliki oleh Keraton Solo.
Dengan demikian, sejarah pentingnya Malam Satu Suro terkaitdengan upaya Sultan Agung dalam mempersatukan rakyat Jawa untuk melawan penjajah Belanda. Tradisi ini tetap dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya Jawa, sertamenjadi momen yang sakral dan berarti bagi masyarakat dalammemperkuat identitas budaya dan menjaga kearifan lokal.
Kirab malam satu suro merupakan bagian dari warisan budayaJawa yang perlu dilestarikan. Tradisi ini tidak hanya memilikinilai estetika yang tinggi, tetapi juga menjadi simbolkeberagaman dan kekayaan budaya Indonesia. Denganmelestarikan kirab malam satu suro, generasi mendatang dapatterus mengenal dan menghargai warisan budaya nenek moyangmereka.
Reporter : Harits Prabowo Gemilang
Redaktur : Rico Veric Setiawan